Demam Korea Melupakan Budaya Indonesia
Bangsa Indonesia adalah salah satu negara di
dunia yang dikenal dengan keragaman budayanya mulai dari suku, bahasa
dan adat-istiadat. Kekayaan budaya yang melintang dari Sabang sampai
Marauke. Hal tersebut bahkan dapat diperkuat dengan data UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization )
menyebutkan bahwa bangsa Indonesia memiliki sekitar 1128 suku dan 726
bahasa daerah (Antaranews,2011). Ini telah menjadi bukti dari kebesaran
dan kehebatan Indonesia di mata dunia, namun gambaran tersebut tidak
sesuai dengan kenyataannya. Negara yang secara geografis terletak di
sebelah timur planet bumi, ternyata tidak dapat dikatakan sesuai dengan
posisinya sebagai negara yang berbudaya timur juga. Kenapa ? .
Dikarenakan indonesia adalah cerminan negara barat yang ada di timur.
Ada hal yang harus menjadi perhatian kita
bersama, kekayaan kebudayaan, suku, adaat-istiadat dan bahasa yang
dimiliki oleh indonesia ternyata hanya sebagai hiasan saja. Di era
globalisasi saat ini, nilai-nilai budaya dan kesukuaan yang terdapat di
tiap-tiap daerah diseluruh wilayah nusantara tampak mulai pudar,
dikarenakan kaum muda bangsa yang seharusnya sebagai pelaku penting
dalam melestarikan , menjaga keharmonisan, keasliaan serta kemurniaan
dari bahasa dan suku di Indonesia sudah sangat menurun sekali.
Kertarikan kaum muda di Indonesia akan budaya daerah sudah sampai pada
level yang sangat-sangat mengkhawatirkan. Banyak dari pemuda kita yang
sibuk dengan budaya bangsa lain seperti demam K-Pop (Korean pop), lagu India (Bollywood) dan musik hip-hop barat. Ini bukti kegagalan kita sebagai warga negara Indonesia untuk melestarikan kebudayaan bangsa.
Kasus yang pernah diliput oleh salah satu TV
swasta menayangkan tentang kepergiaan dari sekelompok penari wayang guna
memperkenalkan budaya Indonesia ke benua Eropa, namun hal yang
mengejutkan adalah para penarinya orang-orang tua . Dimana anak-anak
mudanya ?. Seharusnya merekalah yang menjadi penerus kebudayaan bangsa
saat ini. Mereka sudah terhisap kedalam gelombang globalisasi budaya
asing yang dengan kuat merasuki kaum muda. Mereka sudah pada
meninggalkan tarian daerah mereka masing-masing.
Lalu, informasi yang paling mengejutkan lainnya adalah banyaknya budaya-budaya bangsa kita seperti kasus Tari
Pendet, Reog Ponorogo dan sampai lagu Rasa Sayange dapat dengan mudah
diklaim oleh negara tetangga Malaysia. Karena banyak dari warga kita
yang sangat peduli dengan budaya bangsa sendiri. Selain itu, banyaknya
warga asing yang sangat tertarik dalam mempelajari tentang budaya-budaya
tradisional yang ada di Indonesia. Gambaran yang sangat mengejutkan
ketika mengetahui kabar bahwa bangsa kita akan mununggu kapan akan
kehilangan semua kekayaannya. Ini sungguh kronis sebagai bangsa yang
kaya akan budaya, dengan mudahnya direbut oleh bangsa lain, namun kita
hanya bisa diam dan tidak dapat melakukan apa-apa guna menghadapi
masalah serius seperti ini.
Kebudayaan indonesia yang mulai terkikis
dengan adanya budaya-budaya luar yang telah masuk dan banyaknya
anak-anak muda bangsa indonesia lebih menyukai sehingga mereka melupakan
budaya daerah mereka sendiri. Lalu, pernyataan dari mantan menteri
pendayagunaan aparatur negara (Menpan) Taufiq Effendi dan mantan
sekretaris umum badan pekerja kongres kebudayaan Eka Budianta serta
seorang pelaku seni Sunda Ma Egeng, Eka mengatakan bahwa ungkapan
sebagai bangsa yang besar adalah bangsa yang sangat menghargai budaya ,
namun itu tidak berlaku bagi Indonesia. (Suara Pembaruan, 2008).
Apabila hal ini terus-menerus di pertahankan
tanpa adanya perubahaan maka dapat mengakibatkan kehancuran, kehilangan
dan kelenyapan dari kebudayaan Indonesia dengan sendirinya. Sebagai
warga negara Indonesia sudah saatnya kita peduli dengan kebudayaan
bangsa karena budaya adalah cerminan dari kepribadian bangsa itu
sendiri.
0 komentar: