Sejarah El-Clasico


Bicara rekor pertemuan antara Barca dan Real Madrid tentu punya catatan yang panjang. Meski demikian, secara total Madrid masih lebih unggul dari Barcelona. Dalam 159 laga yang telah dijalani kedua tim, Madrid berhasil menang 68 kali. Sementara El Barca hanya mengoleksi 60 kemenangan, sedangkan 31 laga sisanya berakhir dengan hasil imbang.

Tapi, banyak faktor yang membuat pertandingan ini selalu berjalan sengit, panas bahkan keras. Real Madrid dan Barcelona bisa dikatakan sebagai dua tim terbesar di Spanyol. Keduanya silih berganti menguasai La Liga, kendati sempat ada gebrakan dari tim seperti Valencia, Villarreal, Sevilla , Atletico Madrid atau Deportivo La Coruna. Nama Barca dan Madrid terlanjur dicap sebagai raksasa Spanyol.
Persaingan dua kota ini sudah terjadi sejak akhir 1800. Perbedaan budaya dan politik membuat hubungan kedua kota Katalunya dan Madrid ini meruncing. Akibatnya, sepakbola juga mendapat imbas dari persaingan ini.

Dari awal bergulirnya kompetisi Spanyol, rivalitas Madrid dan Barcelona terbentuk dengan sendirinya. Kedua tim sama-sama mewakilkan Castile dan Catalonia, dua wilayah yang memang memiliki unsur kuat dalam sepakbola.

Kadar rivalitas ini semakin melebar ke semua skala kultur, sosiologi, dan politik yang memaksa kedua kubu selalu bertolak belakang. Madrid adalah pusat pemerintahan Spanyol dan rumah keluarga kerajaan. Seisi kota masuk ke dalam pemikiran sentralisme.

Sebaliknya, ide-ide yang terbentuk di era modern, merebak di region Katalunya, terutama Barcelona. Budaya fashion baru, bentuk pakaian, rumah mode, filosofi, dan seni masuk lewat Barcelona.

Semasa kepemimpinan Jenderal Francisco Franco, segala identitas kedaerahan dibatasi. Kemudian muncul oerang saudara pada era 1930-an. Seorang tokoh Barcelona Josep Sunyol, pengacara, jurnalis, politikus, yang juga menjadi Presiden Barca, diculik dan dibunuh tentara Franco.

Di sepakbola, Madrid dan Barca terlibat perebutan Alfredo Di Stefano, bintang Argentina yang pindah warga negara Spanyol. Madrid sukses mendapatkan Di Stefano, sekaligus sukses menyabet sederet gelar, pada tahun 50-an.

Nama-nama bintang seperti Bernd Schuster, Michael Laudrup, Luis Figo, Luis Enrique hingga Ronaldo, semuanya pernah merasakan tinggal di dua klub tersebut. Mereka merasakan kerasnya bermain di El Clasico. Figo pernah dilempar kepala babi dalam sebuah pertandingan, oleh pendukung Barcelona yang marah dengan keputusan Figo menyebrang ke Madrid dari Barcelona.
Latar belakang panjang inilah yang menyebabkan laga El Clasico selalu panas, sengit dan keras. Akhir pekan ini, Madrid akan berkunjung ke Camp Nou dengan bekal  belum terkalahkan dalam semua ajang pada awal musim ini. Sementara Barca sudah menyiapkan sederet amunisi untuk menghancurkan Madrid. Siapa pemenangnya?

0 komentar: