bahayanya gerhana matahari bagi mata

Mengapa Bahaya saat
melihat secara langsung
saat terjadi gerhana
matahari. Sebuah alasan
ilmiyah di bawah ini yang
diambil dari seorang penulis di sini , dapat memberikan pengetahuan
mendasar untuk
menjawab persoalan itu. Berdasarkan penjelasan Prof B. Ralph Chou, bahwa meskipun
99% cahaya matahari
terlindung oleh bulan pada
peristiwa gerhana matarahari
sehingga wilayah umbra bumi
menjadi gelap (seperti malam) , namun tetap ada cahaya
radiasi dari matahari yang
sampai ke bumi, dan sampai
ke mata (jika kita langsung
menatap dengan mata
telanjang). Dan perlu diingat, cahaya matahari terdiri dari
berbagai gelombang sinar baik
dari sinar tampak (pelangi :
me-ji-ku-hi-bi-ni-u) maupun
sinar tidak tampak seperti UV
yang berenergi dan berfrekuensi tinggi (panjang
gelombang 290 nm) hingga
sinar cahaya dengan
gelombang radio yang
berenergi dan berfrekuensi
rendah (panjang gelombang beberapa meter) . A Total eclipse in the umbra. B Annular eclipse in the antumbra. C Partial eclipse in the penumbra Pada organ mata,sinar cahaya UV dengan panjang gelombang sekitar 380 nm akan langsung ditransmisikan ke retina (bagian belakang organ mata yang sensitif). Dan berdasarkan fisiologi struktur mata, cahaya radiasi UV merupakan penyebab terjadinya reaksi kimia yang mempercepat penuaan lapisan mata yang akan membuat katarak atau dalam kondisi menatap langsung gerhana matahari dapat menyebabkan “retina terpanggang”. Besarnya intensitas sinar UV yang menempus ke retina menyebabkan kerusakan pada sel batang (rod cell) dan kerucut (cone cell) pada mata. Cahaya matahari (khusus komponen UV) menjadi pemicu serangkaian reaksi kimia pada sel-sel mata yang mana akan merusak kemampuan sel tersebut merespons objek visual. Dan dalam intensitas yang besar dan lama, akan menyebabkan kerusakan parah pada sel mata. Yang pada akhirnya akan menyebabkan mata mengalami buta sementara atau bahkan buta “abadi” (maksudnya tidak bisa disembuhkan). Bagaimana Cahaya Sampai ke Retina? Seperti yang kita pelajari di waktu bangku sekolah, pupil manusia memiliki fungsi yang serupa dengan diafragma pada
kamera. Pupil dapat melebar atau menyempit tergantung jumlah cahaya yang memasuki mata. Pada suasana gelap, diameter pupil membesar sampai 8 mm untuk mengumpulkan cahaya yang cukup. Di siang hari yang
terik, diameternya menyusut hingga 2 mm, bahkan mampu mengecil sampai sekitar 1,5 mm jika berhadapan dengan cahaya yang menyilaukan. Membesar atau menyusutnya ukuran pupil mata sangat tergantung resons saraf atas kondisi visual yang terlihat (tidak termasuk sinar tidak tampak seperti Infrared, X, UV, TV, Radio atau gamma). Sehingga dalam berbagai kasus, kita sering mendengar bahwa sinar infrared atau gelombang sinar X tidak boleh langsung kena mata, karena dapat menyebabkan katarak dan kebutaan. Begitu juga dalam kasus Gerhana Matahari. Syaraf kita penglihatan melihat seolah- olah gelapnya dunia karena gerhana matahari berarti tidak ada sinar matahari yang mencapai kebumi. Padahal dengan ukuran yang sangat besar dari matahari pada saat gerhana matahari tidak total, maka ada sejumlah sinar yang sampai ke bumi yang tidak bisa dideteksi oleh mata. Ini mirip kita mencoba melihat sinar gelombang Infrared pada HP ketika transmisi data antar dua HP. Dalam hal ini, ada
keterbatasan secara fisik pupil mata kita dalam pengaturan cahaya. Secara hitungan kasar, cahaya langsung dari matahari harus dilemahkan antara 10.000 hingga 50.000 kali agar aman bagi mata. Sehingga secara otomatis, pada siang hari bolong, kita akan cenderung menghindari menatap matahari secara langsung dan sebaliknya pada kondisi gelap (malam), pupil kita akan membuka selebar mungkin. Perilaku pupil mata manusia pada malam hari ternyata sama ketika terjadi gerhana matahari. Pada saat gerhana, pancaran cahaya matahari terhalang sebagian oleh bulan sehingga bumi menjadi gelap (masuk wilayah umbra- penumbra) , dan sehingga reaksi pupil mata secara alami membesar. Dan di saat orang menatap langsung ke matahari yang terlindung oleh bulan, pupil mata tidak bereaksi secara signfikan, padahal radiasi sinar-sinar UV tetap menempus ke bumi, menempus ke retina mata, yang sedang merusak sel batang dan kerucut mata. Kefatalan akan terjadi bila kita sering atau dengan durasi lama menatap secara langsung ke matahari, karena pada saat itu bukan sinar tampak saja yang menembus mata, tetapi sinar-sinar berbahaya seperti UV tetap menerobos masuk menghasilkan reaksi kimia yang merusak sel mata. Belum
lagi, gelombang sinar inframerah (infrared) yang terkandung dalam sinar matahari turut “memanggang” ( fotokoagulasi) sel batang dan kerucut. Pengecualian Setiap terjadinya gerhana matahari total, umumnya selalu ada fase gerhana matahari cincin, sabit, dan gerhana matahari sebagian. Satu-satunya jenis gerhana pengecualian yang mana mata boleh secara langsung menatap ke gerhana matahari adalah pada fase gerhana matahari total yakni ketika sinar matahari benar-benar tertutup oleh bulan (100%). Namun periode ini sangat singkat dan memang jarang terjadi. Umumnya yang terjadi adalah gerhana matahari cincin, sabit atau setengah. Dan yang paling berbahaya adalah menatap langsung gerhana matahari yang setengah atau cincin. Bahkan seperti pada bagian penjelasan sebelumnya, meskipun 99% permukaan matahari (fotosfer) tertutup oleh Bulan, kondisi ini tetap sangat berbahaya bagi mata jika kita menatap gerhana tanpa alat khusus. Agar dapat melihat fenomena
gerhana matahari, sudah
banyak caranya. Salah
satunya dengan
menggunakan kacamata
khusus seperti gambar di atas. Cara lain adalah melihat
fenomena gerhana matahari
tersebut diatas bayangan air
(baik di kolam maupun di
wajan). Atau membuat layar
gelap di sebuah ruang (kotak) agar gerhana matahari
tertangkap dilayar, dan kita
melihatnya secara tidak
langsung.

0 komentar: